Tuesday, August 8, 2017

Info Motifasi Haji, Mari Belajar Dari Nenek Nurjannah

Suatu sore di “lorong panas” yang menghubungkan terminal haji dengan pavilliun 3 (ruang tunggu jemaah haji Indonesia) tampak berjalan tertatih seorang nenek tanpa teman. Langkah gontainya bukan hanya karena kelelahan semata, atau cuaca panas yang membakar kulitnya, namun juga karena kakinya memang tidak sempurna dan usianya yang sudah tidak muda.
Info Motifasi Haji, Mari Belajar Dari Nenek Nurjannah

Dialah Nurjannah, seorang nenek asal Serang Banten yang tertinggal oleh rombongannya. Meski langkahnya tak sekuat jemaah lainnya, Nurjannah tetap semangat tanpa ada kekesalan dan kekecewaan kepada teman-temannya yang telah jauh meninggalkannya.

“Saya tak apa, Nak. Masih kuat jalan kok,” ujarnya kala seorang petugas PPIH berupaya menuntunnya. Tak peduli dengan penolakan Nurjannah, si petugas tetap menggandeng Nurjannah menuju pavilion 3.
Saat itu cuaca di Bandara Amir Muhammad bin Abddul Azis Madinah terasa sangat panas seperti biasa, tak jauh dari angka 45-46 derajat Celsius. Hanya berkurang 3-5 derajat dari suhu di puncak siang yang mencapai 48-50 derajat Celsius.

Sebenarnya nenek berusia 80 tahun itu berangkat haji bersama Jejen, putra pertamanya. Lelaki 62 tahun itu memang lebih dulu berjalan bersama rombongan sambil membawa tas mereka berdua. Nurjannah pun berjalan sendirian tanpa membawa beban kecuali tas kecil yang melingkar di dadanya. 

Setiba di ruang tunggu, Nurjannah mengaku lega. Senyum semringah merona di wajahnya. Ruangan paviliun yang sejuk berkat sistem pendingin udara seolah menghapus sisa-sisa keletihan di tubuhnya. Puji syukur lantas ia panjatkan pada Tuhan.

“Alhamdulillah, akhirnya bisa menapakkan kaki rapuhku di Tanah Suci,” bisiknya lirih. Dua butiran bening tiba-tiba menetes dari kelopak matanya. Rasa haru, bahagia, tak percaya, bercampur-aduk dalam hati dan pikirannya. Sejenak ia terdiam, tak mampu berkata-kata.

Pensiun sebagai pegawai negeri sipil sejak 1993, Nurjannah bertekad dan bermimpi dapat menunaikan haji. Ia pun mulai menabung sejak saat itu. Pada 2010, sekitar 17 tahun kemudian, tabungan Nurjannah cukup untuk dijadikan setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH).

“Saya sudah berusaha menjalankan perintah agama semampu saya. Tentu saja saya sangat ingin menyempurnakannya. Dengan kakiku ini aku bertekad sempurnakan Islamku,” tandasnya.

Perjalanan haji Nurjannah demi menyempurnakan Islam patut diteladani. Kita wajib belajar dari kondisinya. Bagaimana dia menabung dengan sisa gaji pensiunannya dan tanpa lelah melangkahkan kaki rentanya yang tidak sempurna. Semua dia lakukan demi satu cita-cita: menyempurnakan Islamnya. Semoga selalu sehat dan mabrur hajimu Nenek Nurjannah


EmoticonEmoticon