Sujinah berasal dari Nganjuk, Jawa Timur. Saat ini, ia dan rombongan lainnya tengah menjalankan arbain, salat 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi, Madinah.
"Saya mendaftar dari tahun 2010 dan tahun ini akhirnya berangkat. Alhamdulillah," cerita Sujinah di Hotel Mawaddah Annur, tempat pemondokannya, Selasa (1/8).
Berhaji adalah cita-cita Sujinah sejak lama. Sebelum mendaftar, ia sudah menabung dari hasil kerasnya jualan gethuk selama 10 tahun. Setelah uangnya cukup, kemudian ia membayar biaya haji.
Setiap hari, uang hasil jualannya ditabung. Kadang ia setor ke bank dua pekan sekali sebesar Rp 200 ribu. "Setorannya tak menentu, tergantung hasil jualan dapat berapa," katanya.
Sehari-hari, Sujinah jualan gethuk, tiwul, dan makanan olahan tradisional lain. Rata-rata jajanan yang dijual berbahan dasar singkong. Ia berjualan di pasar tradisional Primbon, Nganjuk.
Uang hasil jualannya inilah sebagian ditabung, sisanya untuk makan. Sujinah harus bekerja seorang diri karena suaminya sudah meninggal 15 tahun lalu.
"Anak saya satu, perempuan. Alhamdulillah sudah menikah dan punya anak tiga. Jadi cucu saya ada tiga, lucu-lucu," ujar sang nenek menceritakan keluarganya.
Kalau Allah sudah berkehendak, apapun pasti terjadi. Bukan hanya orang yang memiliki penghasilan besar saja yang dimampukan oleh-Nya untuk berhaji.
Sudah banyak bukti orang dari berabagi macam profesi dapat beribadah haji, dari tukang batu, kuli muat pasir, penjual tahu, marbot, bahkan dalam sebuah sinetron ada juga tukang bajaj. Kali ini ada Bu Sujinah, seorang penjual gethuk dari Ngajuk.
Subhanallah, Dia akan memanggil siapapun atas kehendak-Nya menjadi tamu di tanah suci.
Sumber : https://haji.kemenag.go.id/v3/content/tukang-gethuk-pun-naik-haji
EmoticonEmoticon