Populiritas dan keistimewaan Raudhah membuat semua jemaah ingin menuju ke sana. Memang tidak mudah mencapainya. Butuh usaha dan perjuangan agar dapat menunaikan shalat, i’tikaf, bermunajat, dan baca Al Qur’an di dalamnya.
Apalagi luas raudhah memang tidak sebanding dengan luas masjid Nabawi. Raudhah hanya memiliki ukuran 22 x 15 meter, sedangkan Nabawi luasnya mencapai 8,4 hektar.
Sejak jauh dari pintu utama ‘babussalam’ antrian jemaah sudah berjejal berdesakan ingin melewatinya, terlebih pada musim haji seprti sekarang ini. Terdapat dua tujuan saat jemaah masuk ke babussalam, ada yang yang ingin berziarah ke makam rasulullah (walaupun hanya boleh melewati tanpa duduk dan berdoa seperti ziarah pada umumnya) dan ada pula yang ingin beribadah di dalam raudhah.
Banyak jemaah yang belum tahu di mana sebenarnya raudhah itu, dan seperti apa ciri-cirinya karena sama-sama berada di dalam masjid Nabawi. Ada ciri khusus yang mudah dilihat untuk membedakan tempat itu raudah apa bukan. Jemaah dapat melihat perbedaan warna karpet.
Sejak jauh dari pintu utama ‘babussalam’ antrian jemaah sudah berjejal berdesakan ingin melewatinya, terlebih pada musim haji seprti sekarang ini. Terdapat dua tujuan saat jemaah masuk ke babussalam, ada yang yang ingin berziarah ke makam rasulullah (walaupun hanya boleh melewati tanpa duduk dan berdoa seperti ziarah pada umumnya) dan ada pula yang ingin beribadah di dalam raudhah.
Banyak jemaah yang belum tahu di mana sebenarnya raudhah itu, dan seperti apa ciri-cirinya karena sama-sama berada di dalam masjid Nabawi. Ada ciri khusus yang mudah dilihat untuk membedakan tempat itu raudah apa bukan. Jemaah dapat melihat perbedaan warna karpet.
Bila karpet berwarna merah berarti bukan raudhah karena raudhah beralaskan karpet hijau. Di sekeliling raudah juga ditutup dengan ‘pagar’ tidak permanen berupa semacam kain terpal tebal yang dapat dipasang dan digulung.
Sulitnya masuk raudhah juga diakui oleh para jemaah setelah puncak hunian di Madinah akhir-akhir ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Minhajun, salah satu jemaah dari embarkasi Solo (SOC-15).
“Saya harus berangkat dari hotel pukul 01.30 WAS agar dapat masuk ke raudhah. Padahal beberapa hari yang lalu saya masih bisa masuk setelah shalat subuh,” ucap Minhajun, Rabu (09/08/2017).
“Alhamdullillah, saya sudah bisa beribadah di raudhah bersama para jemaah. Awalnya saya lebih lama di dalam sampai waktu dhuha, sekarang sudah dibatasi paling lama 30 menit berada di raudhah,” imbuh Ketua Kloter yang berasal dari Wonosobo ini.
Sulitnya masuk raudhah juga diakui oleh para jemaah setelah puncak hunian di Madinah akhir-akhir ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Minhajun, salah satu jemaah dari embarkasi Solo (SOC-15).
“Saya harus berangkat dari hotel pukul 01.30 WAS agar dapat masuk ke raudhah. Padahal beberapa hari yang lalu saya masih bisa masuk setelah shalat subuh,” ucap Minhajun, Rabu (09/08/2017).
“Alhamdullillah, saya sudah bisa beribadah di raudhah bersama para jemaah. Awalnya saya lebih lama di dalam sampai waktu dhuha, sekarang sudah dibatasi paling lama 30 menit berada di raudhah,” imbuh Ketua Kloter yang berasal dari Wonosobo ini.
Sumber :https://haji.kemenag.go.id/
EmoticonEmoticon