Diceritakan seorang Kyai
Fulan, beliau sangat masyhur di daerahnya, bukan saja kealiman ilmunya
tetapi budi pekertinya juga sangat baik.
Suatu saat sang Kyai diundang kenduri oleh warganya, maka beliau
bergegas menghadiri undangan tersebut dengan mengajak seorang Santri
sebagai pendamping.
Jamuanpun dihidangkan Kyai juga tidak ketinggalan menikmati hidangan
yang disediakan
tuan rumah.
Selesai makan sang Kyai merasa ada “sesuatu” yang mengganggu pada
giginya, ya ada sisa daging yang menyelilit, Kyai sudah berusaha
menghilangkan “slilit” tetapi gagal dan rupanya tidak ada alat untuk
digunakan menghilangkan slilit itu.
Fulan, beliau sangat masyhur di daerahnya, bukan saja kealiman ilmunya
tetapi budi pekertinya juga sangat baik.
Suatu saat sang Kyai diundang kenduri oleh warganya, maka beliau
bergegas menghadiri undangan tersebut dengan mengajak seorang Santri
sebagai pendamping.
Jamuanpun dihidangkan Kyai juga tidak ketinggalan menikmati hidangan
yang disediakan
tuan rumah.
Selesai makan sang Kyai merasa ada “sesuatu” yang mengganggu pada
giginya, ya ada sisa daging yang menyelilit, Kyai sudah berusaha
menghilangkan “slilit” tetapi gagal dan rupanya tidak ada alat untuk
digunakan menghilangkan slilit itu.
Setelah selesai sang Kyai segera pulang, tapi dia masih terganggu oleh
slilit, karena terganggu maka sang Kyai berusaha mencari alat untuk
menghilangkan slilit itu.
Di sebuah perkebunan beliau melihat pagar dari bambu, tanpa pikir
panjang beliau memerintahkan santrinya untuk mematahkan bambu, yang akan
digunakan menghilangkan slilitnya.
Waktu terus berjalan, kemudian sang Kyai Fulan meninggal dunia.
slilit, karena terganggu maka sang Kyai berusaha mencari alat untuk
menghilangkan slilit itu.
Di sebuah perkebunan beliau melihat pagar dari bambu, tanpa pikir
panjang beliau memerintahkan santrinya untuk mematahkan bambu, yang akan
digunakan menghilangkan slilitnya.
Waktu terus berjalan, kemudian sang Kyai Fulan meninggal dunia.
Suatu hari sang santri yang dulu mengantar sang Kyai berziarah, entah mengapa
sang santri tertidur di makam sang Kyai.
Ditengah tidurnya sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyainya.
“Assalamu’alaikum wahai Kyai!” kata Santri.
“Walaikum Salam santriku” Jawab Kyai.
“Waduh Kyai kenapa badan Kyai seperti ini? Bukankah Kyai ahli ibadah”
Tanya santri penasaran karena melihat badan kyainya penuh sisa cabukan.
“Oh santriku…, memang aku ahli ibadah, namun kau masih ingatkan waktu
pulang dari kenduri…, aku mencuri bambu, dan rupanya sipemiliknya tidak
rela…., sehingga aku disiksa demikian” Kata sang Kyai sambil menunjukkan
luka-luka di badannya.
“Santriku … tolong aku …, mintakan kehalalan dari pemilik kebun yang
kucuri pagar bambunya…”Kata Kyai sambil menangis.
sang santri tertidur di makam sang Kyai.
Ditengah tidurnya sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyainya.
“Assalamu’alaikum wahai Kyai!” kata Santri.
“Walaikum Salam santriku” Jawab Kyai.
“Waduh Kyai kenapa badan Kyai seperti ini? Bukankah Kyai ahli ibadah”
Tanya santri penasaran karena melihat badan kyainya penuh sisa cabukan.
“Oh santriku…, memang aku ahli ibadah, namun kau masih ingatkan waktu
pulang dari kenduri…, aku mencuri bambu, dan rupanya sipemiliknya tidak
rela…., sehingga aku disiksa demikian” Kata sang Kyai sambil menunjukkan
luka-luka di badannya.
“Santriku … tolong aku …, mintakan kehalalan dari pemilik kebun yang
kucuri pagar bambunya…”Kata Kyai sambil menangis.
Sang santri terjaga dari tidurnya, ia segera pulang dan menemui pemilik
kebun yang dulu pagar bambunya dicuri sang Kyai. Sang santri
menceritakan hal ihwal yang menimpa pada Kyainya, Kemudian pemilik kebun
menghalalkan apa yang telah diambil sang Kyai.
Pada waktu yang lain sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyai.
Dalam mimpinya kali ini sang santri melihat wajah sang Kyai berseri-seri
dan tubuh yang bersinar-sinar. Rupanya setelah sang pemilik kebun
menghalalkan, maka Allah pun juga mengampuni dosanya.
Marilah kita renungkan cerita di atas, agar kita terhindar dari
perbuatan yang tidak terpuji, meskipun itu sangat sepele.
kebun yang dulu pagar bambunya dicuri sang Kyai. Sang santri
menceritakan hal ihwal yang menimpa pada Kyainya, Kemudian pemilik kebun
menghalalkan apa yang telah diambil sang Kyai.
Pada waktu yang lain sang santri bermimpi bertemu dengan sang Kyai.
Dalam mimpinya kali ini sang santri melihat wajah sang Kyai berseri-seri
dan tubuh yang bersinar-sinar. Rupanya setelah sang pemilik kebun
menghalalkan, maka Allah pun juga mengampuni dosanya.
Marilah kita renungkan cerita di atas, agar kita terhindar dari
perbuatan yang tidak terpuji, meskipun itu sangat sepele.
EmoticonEmoticon